�0A

Rabu, 07 Desember 2011

Fakta Unik | Tentang Kelelawar



Kelelawar merupakan makhluk yang sangat menarik. Yang paling hebat dari kemampuannya adalah kemampuannya yang luar biasa dalam penentuan arah.


Kemampuan mengindera tempat dengan gema pada kelelawar ditemukan melalui serangkaian percobaan yang dilakukan oleh para ilmuwan. Mari kita simak lebih dekat percobaan-percobaan tersebut untuk mengungkap rancangan yang luar biasa pada makhluk ini.

Pada percobaan yang pertama, seekor kelelawar ditempatkan di sebuah ruangan yang gelap gulita. Di satu sudut pada ruangan yang sama, seekor lalat ditempatkan sebagai mangsa untuk kelelawar ini. Mulai saat itu, segala hal yang terjadi di ruangan tersebut dipantau dengan kamera-kamera malam hari (night camera). Begitu lalat terbang, kelelawar, dari sudut lain pada ruangan ini, dengan cepat bergerak langsung ke tempat lalat berada dan menangkapnya. Melalui percobaan ini, disimpulkan bahwa kelelawar tersebut memiliki indera yang sangat tajam dalam hal kepekaan bahkan dalam kegelapan yang sempurna. Meskipun begitu, apakah kepekaan kelelawar ini dikarenakan oleh indera pendengaran? Atau itu karena ia memiliki penglihatan yang terang di malam hari?

Untuk menjawab pertanyaan ini, percobaan kedua dilakukan. Pada suatu sudut di ruang yang sama sekelompok ulat bulu diletakkan dan ditutupi di balik selembar koran. Begitu dilepaskan, kelelawar tidak membuang-buang waktu untuk mengangkat lembaran koran tersebut dan memakan ulat-ulat tadi. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan penentuan arah kelelawar tidak ada kaitannya dengan indera penglihatan.

Para ilmuwan melanjutkan percobaan mereka terhadap kelelawar: sebuah percobaan baru dilakukan di lorong yang panjang, yang pada satu sisinya ada seekor kelelawar dan di sisi lainnya sekelompok kupu-kupu. Di samping itu, serangkaian dinding-dinding penyekat dipasang tegak lurus terhadap dinding ruangan. Di tiap penyekat, ada satu lubang tunggal yang cukup besar bagi kelelawar untuk terbang melewatinya. Akan tetapi, lubang-lubang ini ditempatkan pada titik berbeda di setiap dinding penyekat. Dengan demikian, kelelawar harus terbang dengan jalur berliku melaluinya. Percobaan menunjukkan bahwa kelelawar mampu dengan mudah menentukan kedudukan dan terbang melalui lubang di dinding dalam gelap gulita.

Para ilmuwan memulai pengamatannya segera begitu kelelawar dilepaskan ke dalam kegelapan ruangan di lorong tersebut. Ketika kelelawar sampai pada penyekat pertama, ia menentukan tempat lubangnya dengan mudah dan melewatinya dengan baik. Hal yang sama terpantau di seluruh dinding penyekat: kelelawar terlihat tidak hanya tahu di mana penyekat berada melainkan juga di mana tepatnya lubang berada. Setelah melalui lubang terakhir, sang kelelawar pun mengisi perutnya dengan tangkapannya.

Karena terpesona dengan apa yang mereka amati, para ilmuwan memutuskan untuk melakukan percobaan terakhir untuk memahami tingkat kepekaan penginderaan kelelawar. Tujuannya kali ini adalah untuk menentukan batas kemampuan penginderaan kelelawar lebih jelas. Sekali lagi, lorong panjang disiapkan dan kawat baja bergaris tengah 3/128 inci (0,6 mm) digantungkan dari atap hingga lantai lorong dan ditempatkan secara acak melaluinya. Semakin besar kekaguman para pengamat, karena sang kelelawar menyelesaikan perjalanannya tanpa terantuk pada satu hambatan pun. Daya terbangnya ini menunjukan bahwa kelelawar mampu menentukan rintangan dengan ketebalan setipis 3/128 inci (0,6 mm). Penelitian setelahnya mengungkapkan bahwa kemampuan penginderaan kelelawar yang luar biasa ini terkait dengan sistem penentuan tempat dengan gema, yang dimilikinya. Kelelawar memancarkan suara berfrekuensi tinggi untuk menentukan benda-benda di sekitarnya. Pantulan suara ini, yang tidak terdengar oleh manusia, memungkinkan kelelawar mendapatkan sebuah "peta" lingkungannya. Jadi, penginderaan kelelawar atas seekor lalat dimungkinkan dengan suara yang dipantulkan kembali pada kelelawar dari lalat tersebut. Kelelawar yang menentukan letak dengan gema ini mengingat setiap gelombang suara yang keluar dan membandingkan yang asli dengan gema yang kembali kepadanya.

Waktu yang habis antara dikeluarkannya suara dengan diterimanya gema yang datang memberikan penentuan yang tepat mengenai jarak sasaran dari sang kelelawar. Sebagai contoh, pada percobaan ketika kelelawar menangkap ulat-ulat di lantai, kelelawar mengindera ulat dan bentuk ruangan dengan memancarkan suara bernada tinggi dan menentukan sinyal-sinyal yang terpantul. Lantai memantulkan suara tersebut, sehingga kelelawar dapat menentukan jaraknya terhadap lantai. Sebaliknya, ulat bulu berada sekitar 3/16 inci (0,5 cm) hingga 3/8 inci (1 cm) lebih dekat pada kelelawar dibandingkan dengan lantai. Di samping itu, hal ini menambah waktu dan nantinya mengubah frekuensi yang terpantau. Dengan cara inilah kelelawar mampu menentukan keberadaan ulat bulu di lantai. Ia memancarkan sekitar dua puluh ribu gelombang per detik dan mampu menelaah semua suara yang terpantul. Bahkan, ketika ia menjalankan tugasnya, kelelawar itu sendiri pun terbang. Pemikiran yang seksama atas semua kenyataan ini dengan jelas mengungkap rancangan yang hebat dalam penciptaan mereka.

Sistem yang digunakan oleh kelelawar untuk menentukan kedudukan mangsanya jutaan kali lebih efisien dan tepat sasaran dibandingkan dengan radar dan sonar buatan manusia. Tabel di atas dengan jelas memperlihatkan hal ini. "Indeks efisiensi penentuan tempat dengan gema (Indeks ekholokasi)" adalah rentang yang dibagi dengan berat barang dikali kekuatan, dikali garis tengah sasaran. "Angka perbandingan hasil" membandingkan indeks efisiensi penentuan tempat melalui gema, di mana kelelawar adalah angka 1.

Sifat lain yang menakjubkan dari sistem penentuan tempat dengan gema ini adalah kenyataan bahwa pendengaran kelelawar telah tercipta sedemikian rupa sehingga ia tidak dapat mendengar suara lain selain dari yang dipancarkannya sendiri. Lebar frekuensi yang mampu didengar oleh makhluk ini sangat sempit, yang lazimnya menjadi hambatan besar untuk hewan ini karena Efek Doppler. Berdasarkan Efek Doppler, jika sumber bunyi dan penerima suara keduanya tak bergerak (jika dibandingkan dengan benda lain), maka penerima akan menentukan frekuensi yang sama dengan yang dipancarkan oleh sumber suara. Akan tetapi, jika salah satunya bergerak, frekuensi yang diterima akan berbeda dengan yang dipancarkan. Dalam hal ini, frekuensi suara yang dipantulkan dapat jatuh ke wilayah frekuensi yang tidak dapat didengar oleh kelelawar. Dengan demikian, kelelawar tentu akan menghadapi masalah karena tidak dapat mendengar gema suaranya dari lalat yang bergerak.

Kelompok kelelawar terbesar di dunia, dengan jumlah kelelawarnya mencapai 50 juta, hidup di Amerika. Kelelawar Freetail terbang dengan kecepatan 95 km/jam (60 mil/jam) dan terbang setinggi 3050 meter (10.000 kaki). Kelompok ini sedemikian besar sehingga dapat dengan mudah diamati melalui radar bandara.

Diketahui bahwa kelelawar berkeliling melalui jalan-jalan berbeda setelah meninggalkan gua. Namun mereka selalu terbang kembali ke gua menempuh jalan yang lurus, langsung ke gua dari mana pun mereka berada. Masih belum diketahui bagaimana mereka mampu menentukan arah pulang ke gua.

Akan tetapi, hal tersebut tidak pernah menjadi masalah bagi kelelawar karena ia menyesuaikan frekuensi suara yang dikirimkannya terhadap benda bergerak seolah sang kelelawar telah memahami Efek Doppler. Misalnya, kelelawar mengirimkan suara berfrekuensi tertinggi terhadap lalat yang bergerak menjauh sehingga pantulannya tidak hilang dalam wilayah tak terdengar dari rentang suara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar